Penggunaan Chatbot AI dalam Pembelajaran dan Pemecahan Masalah Siswa
4 minutes read
·
January 6, 2025
Beberapa tahun terakhir, chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT semakin populer dalam pendidikan. ChatGPT adalah aplikasi AI percakapan yang dirancang untuk menjawab berbagai pertanyaan secara cepat. Dengan ChatGPT, siswa dapat memahami materi kompleks melalui penjelasan sederhana serta menyelesaikan tugas sekolah lebih efisien berkat akses informasi instan yang biasanya memerlukan waktu lama untuk dicari. Keuntungan-keuntungan ini menunjukkan potensi AI meningkatkan efektivitas belajar, meskipun penggunaanya perlu diiringi literasi digital dan bimbingan guru agar siswa tetap mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Pengaruh Positif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Teknologi AI dapat diibaratkan sebagai “robot pembelajar” yang terus menyerap informasi, sehingga ChatGPT memungkinkan siswa belajar secara mandiri dengan dukungan jawaban instan. Misalnya, studi di SMA Negeri 1 Tanjung Raya menemukan penggunaan ChatGPT secara signifikan meningkatkan pemahaman siswa serta mendorong kemampuan berpikir kritis dan kreatif mereka dalam menyelesaikan masalah1. Selain itu, ChatGPT membantu siswa menyelesaikan tugas lebih cepat dengan menyediakan penjelasan atau data instan yang mendukung proses belajar mereka3. Dengan demikian, penggunaan ChatGPT berpotensi merangsang proses pembelajaran yang lebih adaptif dan interaktif, meski tetap perlu diimbangi pengawasan guru agar siswa tidak pasif menerima jawaban.
- Pemahaman materi lebih baik: ChatGPT mempermudah siswa memahami konsep sulit melalui penjelasan yang mudah dipahami2.
- Proses pembelajaran lebih efisien: ChatGPT mempercepat akses informasi dan penyelesaian tugas, karena memberikan datau atau referensi secara langsung3.
- Kreativitas dan pembelajaran mandiri: ChatGPT juga mendukung kreativitas siswa dan kemandirian belajar, karena siswa dapat bereksplorasi dengan ide-ide baru melalui dialog interaktif1.
Potensi Dampak Negatif
- Ketergantungan pada AI: Beberapa laporan menunjukkan siswa cenderung mengandalkan jawaban instan ChatGPT. Ketergantungan ini dapat mengurangi inisiatif belajar mandiri misalnya, siswa hanya ingin jawaban instan tanpa peduli pemahaman materi4. Sebanyak sekitar 48% siswa bahkan mendukung pelarangan AI karena khawatir ketergantungan2.
- Penurunan kreativitas dan berpikir mandiri: Studi internasional menemukan penggunaan berlebihan chatbot dapat mengurangi eksplorasi kreatif siswa. Siswa yang terbiasa menerima solusi dari AI cenderung kurang berpikir “di luar kebiasaan” untuk mencari jawaban alternatif5. Hal ini berarti kecerdasan kritis dan kemampuan analitis dapat melemah apabila tugas-tugas hanya mengandalkan chatbot AI.
- Risiko akademik (plagiarisme): Jika tidak diawasi, ChatGPT memudahkan praktik copy-paste tanpa pemahaman, sehingga ada kekhawatiran praktik plagiarisme tugas sekolah. Beberapa ahli menekankan perlunya aturan agar penggunaan AI tidak merusak integritas akademik siswa6.
Rekomendasi Ahli dan Praktisi Pendidikan
- Mantan Mendikbudristek Nadiem Makarim: Nadiem menekankan bahwa AI adalah alat yang kuat untuk membantu siswa dan guru. Ia menyarankan guru memanfaatkan AI untuk membuat pembelajran lebih kreatif dan evaluasi siswa yang komprehensif, bukan melarang penggunaannya. Menurutnya, kehadiran AI mendorong guru memikirkan metode pengajaran baru agar siswa tetap terstimulus kreatif dan belajar secara kolaboratif dengan teknologi7.
- Peneliti CIPS (Nadia Fairuza): Menurut analis Center for Indonesian Policy Studies, ChatGPT memberikan kemudahan belajar dan membantu pemahaman materi bagi siswa. Namun ia menekankan pentingnya critical thinking dan literasi digital. Sekolah sebaiknya mengenalkan AI secara masif dan menetapkan pedoman penggunaan, bukan melarang agar siswa dapat menyaring jawaban AI secara bijak6.
- Penelitian Scholaria (Mujiadi dkk.): Studi persepsi siwa di satu sekolah menegaskan perlunya kebijakan seimbang tentang AI. Saran peneliti mencakup perumusan aturan penggunaan AI di sekolah. Sekaligus pelatihan literasi AI dan etika digital bagi siswa dan guru. Tujuannya agar AI digunakan sebagai alat bantu pembelajaran secara bertanggung jawab, tanpa mengurangi integritas akademik dan kemandirian siswa2.
- Guru Praktisi (Sri Sudarmi, SMAN 3 Bogor): Sebagai guru, Sri Sudarmi melihat ChatGPT membantu menghidupkan pembelajaran. Ia menyarankan siwa berusaha keras mencari jawaban sendiri terlebih dahulu, dan menggunaan ChatGPT hanya sebagai bantuan sekunder. Pendekatan ini bertujuan agar siswa tetap terlatih berpikir kritis dan tidak sepenuhnya bergantugn pada AI4.
Referensi:
Share this